Wednesday, December 19, 2012

[Fanfiction] Infinite Sunggyu 'My Real Story' chapter 5



 TT__TT I'M BACCKKKK~ finally :') maaf banget updatenya lama banget (memang selalu berakhir begini) soalnya beneran deh ini sekolah gak punya hati.. tugas dan ulangan banyak banget >< terus ada faktor lain juga sih :D lagi gak ada ide nih >.< jadi bagi yang punya request apapun atau saran dan kritik, tolong comment yah.. lagi mentok inspirasinya nih :P





Main Cast:
-Kim Sunggyu as Kim Sungkyu
-Lee Howon/Hoya as Lee Howon
-You(?) as Heo Jae In :D

Other Cast:
-Kim Myungsoo/L as Kim Myungsoo
-Marcella (temenku :D) as Han Seul
-Nam Woohyun as Nam Woohyun
-Nam Minkyung (bukan siapa-siapa :P) as Nam Minkyung

Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.

Happy reading~ ^.^


“sepertinya sekarang saatnya aku menceritakannya padamu”
“apa?” balas Jae In yang disusul helaan nafas Sungkyu.
 “emm… ini cerita tentang masa laluku.. bagaimana memulainya yahh?!” Sungkyu memegang tengkuknya, canggung. Setelah beberapa lama hening akhirnya Sungkyu membuka suara.
“Aku… aku tidak punya orangtua lagi…” Jae In yang sedang minum pun berhenti menyeruput minumannya, ia terlihat kaget. “aku yatim piatu. Sejak kecil aku tinggal di panti asuhan sampai suatu hari aku kabur darisana. Dan disaat itu, aku sampai di sebuah toko roti. Dan disaat itu juga, semua keberuntungan dan kebahagiaan yang tidak pernah kumiliki datang.. Aku bertemu dengan Minkyung noona” Sungkyu tersenyum memikirkan masa lalunya.
“emm.. minkyung onnie itu siapa?”
“Minykung noona? Dia penyelamatku.. hahaa dan juga, dia cewek pertama yang kusukai di dunia ini” Jae In ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Saat itu juga, seorang pelayan datang mengantarkan makanan mereka. Mereka berdua mengehentikan pembicaraan mereka dan mulai makan.
Jae In merasa agak tidak nyaman karena ia memesan spaghetti, ia harus berkali-kali mengelap bibirnya. Sunggyu yang melihat Jae In sibuk mengelap bibirnya berkali-kali hanya tersenyum. “kau mirip sekali dengan Minkyung noona” Sungkyu tertawa kecil. “mirip? Mukaku?” Tanya Jae In. “ahh~ bukan muka.. tapi sikap dan sifatmu”. Di dalam hati Jae In, muncul suatu perasaan aneh, tapi ia tidak menghiraukannya. “besok malam, kau kujemput yah” “emm? Baiklah”
Kali ini, Jae In yang membayar makanan mereka. “aku tidak enak dibayarin melulu. Biarkan aku sekali-kali membayar dong” keluh Jae In pada Sungkyu yang hendak membayar, Sungkyu tersenyum. ‘noona… aku sudah ketemu dengan penggantimu’ ucap Sungkyu dalam hati.
“Hei! temani aku mencari hadiah, oke” Jae In membuyarkan lamunan kyu. “eh? oh.. oke”

Suara klakson terdengar jelas dari kamar Jae In. Dengan cepat, Jae In memasukkan barang-barang yang harus dibawa olehnya ke tas pestanya dan menuruni tangga rumahnya secepat mungkin. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang sekali saat ia sampai di pintu gerbang, tapi ia mengabaikannya, mungkin karena berlari pikirnya.
Sungkyu kaget saat pintu mobilnya terbuka dan ia melihat Jae In masuk. Pertama, ia tidak mengira kalau cewek ini akan turun menghampirinya secepat ini dan yang kedua, cewek ini benar-benar cantik malam ini.
“apakah kau menunggu lama?” Sungkyu tercengang, ia merasa otaknya sedang bermasalah karena ia tidak bisa mencerna perkataan Jae In dengan baik.
“Sungkyu sshi…” Jae In menepuk bahu Sungkyu dan menyadarkan Sungkyu “eum??”
“kau baik-baik saja kan?” Jae In jadi khawatir. “tentu saja” “kalo begitu, ayo jalan” Sungkyu mengangguk lalu melajukan mobilnya.
“ini mobilmu?”
“ohh bukan.. ini mobil Woohyunie..” Sungkyu tertawa sambil memegang tengkuknya canggung.
“kalau boleh tahu.. Woohyun….? kalau kulihat-lihat kau selalu menempel dengannya”
“ahahaa.. Woohyun? Dia teman baikku sejak kecil, dia memiliki interest yang sama denganku.. jadi yah.. aku mengajaknya untuk bekerja bersamaku di toko rotiku”
“dan kalau aku boleh tahu juga.. ceritakan masa kecilmu hingga sekarang..” Sungkyu terdiam menatap jalan raya yang ramai di malam hari, namun akhirnya ia tersenyum lalu menoleh.
“kau tertarik padaku?” ia menggoda Jae In.
“bukan itu.. aku hanya ingin tahu.. barangkali aku bisa membantu” Sungkyu kembali tersenyum.
“tidak perlu.. aku tidak berniat mencarinya kembali kok.. aku terkadang belum bisa memaafkannya” Jae In tidak yakin siapa ‘dia’ dalam pembicaraan ini tapi ia bisa menebak bahwa yang dimaksud oleh sungkyu adalah ibunya.
“Ahh~ pokoknya ceritakan padaku~” Jae In memohon.
“kau yakin ingin mendengar?” “iya!”
“aku dilahirkan di Seoul, 28 April 1986 dengan nama Kim Sunggyu” “tunggu tunggu…” “aku tahu.. di kartu namaku.. itu sengaja dipalsukan” Sunggyu tertawa puas, Jae In menatapnya sinis.
“jangan bocorkan ini, oke! Klienku yang termanis” Sunggyu tersenyum pada Jae In dan balasannya hanya anggukan. “lanjutkan!” perintah Jae In.
“dari sejak bayi aku sudah sering menjadi bahan pertengkaran orangtuaku.. dan karena orangtuaku selalu bertengkar di depanku, sewaktu bayi aku sempat tidak bisa berbicara dan dianggap anak autis karena tekanan batin dalam diriku akibat mendengar pertengkaran yang seharusnya tak didengar oleh seorang bayi. Setelah aku bertumbuh semakin besar dan menerima penanganan khusus, aku memang bisa berbicara normal tapi aku menjadi anak yang tidak percaya diri. Setiap hari aku mendengar pertengkaran orangtuaku dan akhirnya aku tahu bahwa, ayah kandungku bukan ayah yang ada di sampingku. Aku sering diperlakukan tidak baik”
“jadi.. kau?”
“ibuku berselingkuh dengan pria lain, lebih tepatnya sebelum menikah dengan ayah tiriku, ibuku sudah mengandung” Jae In benar-benar kaget, tanpa sadar ia menutup mulutnya dengan tangan dan perlahan air matanya turun. Sungkyu juga sedang menahan air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya itu, ia tidak bisa melihat jalan dengan jelas lagi, ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, Jae In menoleh kearah Sungkyu, ia bisa melihat dengan jelas mata Sungkyu yang telah berkaca-kaca.
“maaf” suara Jae In parau karena menangis.
“pada umur 6 tahun ibuku akhirnya menaruhku di panti asuhan”
“stop..” potong Jae In sambil terisak.
“karena ancaman cerai dari ayah tiriku”
“stop.. stop.. kau tidak perlu melanjutkannya..” akhirnya air mata Sungkyu jatuh juga. Mereka berdua akhirnya terdiam.
“maafkan aku, sudah memintamu menceritakannya”
“ini bukan salahmu.. aku juga ingin menceritakannya padamu kemarin tapi terpotong dan juga aku belum siap”
“untuk sekarang ini, mari pergi ke pesta sunbae dulu. Tidak lucu kan kalau kita datang dengan mata sembab” Sungkyu mengangguk dan melanjukan mobilnya.

Dalam 15 menit mereka sampai di tempat pesta diadakan, Sungkyu turun terlebih dulu dan berniat untuk membukakan pintu Jae In agar terlihat romantis tapi Jae In sudah turun dari mobilnya, Sungkyu hanya bisa mencibir. Mereka memasuki halaman restoran dan bertemu dengan Howon dan Ho Min yang sudah mengencangkan gandengannya pada lengan Howon tanda berjaga-jaga.
“sunbae, selamat ulang tahun” Jae In menjabat tangan Howon dan memberikan tentengan berisi hadiah untuknya. “terima kasih” balas howon dengan senyum termanisnya namun wajahnya berubah sinis saat melihat Sungkyu. “mari masuk” Jae In menarik lengan Sungkyu yang membuat gyu tersenyum senang di depan Howon, Howon dan Homin mengikuti mereka berdua. Beberapa kali Howon melirik jam tangannya. “ahh.. sudah jam 8, pesta akan dimulai, aku akan naik ke panggung.” Homin tersenyum lalu melepaskan gandengan tangannya.
“emm.. selamat malam semuanya” seisi ruangan pun langsung berubah hening.
“terima kasih telah datang ke pestaku yang ke-20 ini. Ahaha aku jadi malu kalau menyebutkan umurku” seorang perempuan dan pria paruh baya keluar dari balik panggung dan berdiri di samping Howon, “sepertinya itu orangtua sunbae” bisik Jae In pada Sungkyu.
“terima kasih appa dan omma yang sudah merawatku sampai setua ini..” Howon merangkul kedua orangtuanya. Sungkyu yang semula tidak memperhatikan sekarang memalingkan pandangannya dan matanya terbelalak saat melihat kedua orangtua Howon. Jae In yang melihat perubahan ekspresi Sungkyu pun kebingungan.
“Sungkyu sshi.. ada apa?” Sungkyu hanya menjawabnya dengan air matanya yang mengalir. Jae In mengikuti arah pandang Sungkyu dan mengambil kesimpulan bahwa Sungkyu menangis karena orangtua Howon.
“apakah kau merindukan orangtuamu?” Jawaban Sungkyu hanya gelengan. Jae In mulai khawatir karena Sungkyu benar-benar menangis terisak sampai hampir seisi ruangan menatapinya, ibu Howon juga ikut menatap kearah Sungkyu, dan ia merasa ada yang mengganjal di hatinya dan ia merasa bahwa wajah Sungkyu familiar. Jae In pun menariknya keluar.
“ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?” Sungkyu masih terdiam, ia mencoba menghapus air matanya. Entah mengapa Jae In melihat ini lucu, ia merasa dirinya telah menemukan sisi imut Sungkyu yang selama ini sama sekali jauh dari image coolnya, perlahan senyum terkembang di bibir Jae In.
“hei.. ada apa? Untuk sekedar informasi, kau sudah berumur 26 tahun!” Sungkyu menatap Jae In sambil masih berusaha menghapus air matanya.
“memangnya cowok berumur 26 tahun tidak boleh menangis karena orangtuanya?” Jae In terdiam, berpikir.
“orangtuamu?” “orangtuaku.. orangtua Howon adalah orangtuaku. Ibu kandungku dan ayah tiriku yang kuceritakan padamu”
“HAHH? BAGAIMANA MUNGKIN??” Sungkyu spontan menutup mulut Jae In dan menarik tangannya lagi. “hei.. kecilkan suaramu” “bagaimana bisa?” ulang Jae In.
“aku juga tidak tahu.. tapi itu benar-benar ibuku, aku yakin sekali. Aku masih mengingat mukanya dengan jelas” Sungkyu teringat akan kenangan pahitnya saat ia ditinggal di pasar sendirian, saat ibunya memberinya uang di sakunya dan meninggalkannya LAGI di sebuah mall, dan yang terakhir saat ia dititipkan di panti asuhan oleh ibunya.
“hei.. sunbaemu itu umur berapa?” Tanya Sungkyu pada Jae In.
“Sunbae? Dia satu tahun di atasku jadi mungkin 20” Sungkyu terbelalak, disusul Jae In.
“tunggu… katamu pada umur 6, kau ditaruh di panti asuhan kan? Sedangkan kau dan sunbae berbeda 6 tahun.. berarti…..” Sungkyu mengangguk mengiyakan, seolah ia tahu isi pikiran Jae In.
“saat aku ditaruh di panti asuhan, ibuku sedang mengandung Howon” jawab Sungkyu. Jae In meringis. “Aku harus bertemu dengan mereka” Sungkyu menarik Jae In kedalam.

Mereka berdiri tidak jauh dari orangtua Howon. Kaki Sungkyu bergetar hebat, ini pertama kalinya dalam 20 tahun ia bertemu dengan orangtuanya. Jae In memegang pundak Sungkyu, berusaha menenangkannya. Dengan langkah yang mantap, Sungkyu menghampiri dan berdiri tepat di depan orangtua Howon yang berdiri di sudut ruangan. Sungkyu tidak mengucapkan satu patah kata pun. Orangtua Howon pun kelihatan bingung.
“maaf.. apa ada masalah?” Tanya ayah Howon. Entah mengapa, Sungkyu merasa bahwa dirinya jadi cengeng hari ini, ia mulai menangis lagi.
“eommaa~” suaranya bergetar. Ibu Howon shock ternyata orang yang dilihatnya menangis sewaktu di panggung tadi – sungkyu – benar-benar familiar, ia adalah anak kandungnya yang ia tinggalkan di pantu asuhan.
“siapa kau berani-beraninya memanggilku omma?” Ibu Howon berusaha menghindar.
“omma… jangan menghindar dengan berbohong tidak mengenaliku, aku tahu kau mengenaliku.”
“hei.. ia bilang ia tidak mengenalimu” ucap ayah Howon.
“aku juga tahu appa mengenaliku. Kalian berdua pasti mengingatku, terutama omma”
“untuk sekarang ini, akan kubiarkan seperti ini. Aku hanya ingin kalian tahu bahwa aku masih hidup dan sehat. Tapi aku akan datang sewaktu-waktu untuk meminta penjelasan. Selamat tinggal dan sampai jumpa” Sungkyu pamit pada orangtuanya dan menghampiri Jae In.
“Hah.. orang gila” gumam Ny. Lee sambil tersenyum tipis. Di dalam hatinya ada sebersit perasaan bersalah dan senang melihat Sungkyu, anaknya.
Ia melihat Jae In sedang mengobrol dengan Howon, menghampiri mereka. “apa yang kalian bicarakan?”
“ahh?” Jae In menoleh ke sebelahnya. “tentang kuliah” Sungkyu mengangguk.
“kalian dekat yah? Pertama bertemu denganmu saja, kau sedang bertemu dengannya di café” ucap Sungkyu.
“kita memang dekat.. dekat sekali…” Jawab Howon langsung, Jae In merasa senang dalam hatinya. ‘aku membiarkan kau mengambil orangtuaku, tapi tidak Jae In juga’ batin Sungkyu.
“jadi begitu... Bagaimana dengan Homin?” Tanya Sungkyu menggoda.
“dia pacarku..” “kalau begitu, Jae In jatahku!” Jawab Sungkyu cepat sambil menarik Jae In dalam rangkulannya. Jantung Jae In berdetak kencang, ia merasakan perasaan aneh ini lagi, sebenarnya perasaan apa ini.
“walaupun begitu, tapi ia tetap saja hobae-ku di kampus. Tanpaku ia kesulitan” jawab Howon tak mau kalah.
“tapi tetap saja, dia yang memintaku menemaninya belanja” Jae In hanya menunduk malu di tengah pertengkaran kedua cowok kekanak-kanakan ini, karena Sungkyu masih merangkulnya dan juga ia malu merasa di perebutkan. Akhirnya, Howon dan Sungkyu terdiam melihat Jae In yang hanya bengong sedari tadi, Sungkyu melepas rangkulannya.
“Jae In.. kau merasa tidak sehat?” Tanya Howon khawatir. “apa jangan-jangan tadi kau meminum vodka atau semacamnya?” Tanya Sungkyu was-was, takut-takut dia mabuk lagi. Jae In menggeleng “tidak.. kalian berdua membuatku merasa diperebutkan ahahaa aku jadi malu” jawab Jae In jujur. Sungkyu dan Howon pun tertawa mendengarnya.

Sungkyu terbangun, dan melihat sekeliling. Ia tertidur diatas meja dengan pen ditangan dan buku yang dijadikan bantal. Ia lalu meregangkan badannya dan melihat jam dindingnya.
“sudah jam tujuh” gumamnya sambil menguap dan berjalan keluar.
“Woohyunie” hening. “Woohyun” tidak ada jawaban. “Woohyun” tidak ada yang menjawab, Sunggyu berjalan ke kalender dan melihat tanggal hari ini. “ahh~ makam! Woohyun pergi ke makam”
½ jam setelahnya, Sunggyu sudah berada di sebelah Woohyun membawa sebucket bunga tulip.
“noona.. noona.. bagaimana keadaanmu sekarang? Kami baik-baik saja disini.. tidak perlu khawatir” ucap Woohyun sambil menaruh bunga tulipnya diatas makam noona-nya.
“noona.. aku rindu padamu! Tidak terasa.. sudah 7 tahun semenjak kau pergi.. noona… apakah salah kalau aku menemukan penggantimu?” Woohyun melirik Sungkyu sambil tersenyum tipis. “aku menyukai perempuan lain.. aku sering berpikir, apakah yang aku rasakan ini benar. Tapi, ia benar-benar mirip denganmu! Bukan wajahnya tapi sikapnya, oh iya, belakangan ini.. aku sering bermimpi akan masa laluku.. aku rasa aku benar-benar merindukanmu noona” Sungkyu menaruh bunga tulipnya di sebelah bunga Woohyun.
“noona.. ia bohong! Jangan percaya padanya, yang ia pikirkan setiap hari hanya Jae In, Jae In dan Jae In..” Sungkyu menyenggol Woohyun dengan lengannya.
“yaa ~.. bagaimana bisa kau berkata seperti itu pada noona” Woohyun tersenyum lalu melanjutkan kalimatnya, “tapi aku yakin noona pasti menerimanya.. karena noona adalah kakak yang terbaik di dunia ini” Sunggyu tiba-tiba teringat akan pertemuannya dengan ibunya kemarin.
“oh ya noona! Kemarin aku bertemu dengan ibu kandungku! Ini sebuah keajaiban bukan.. ahahahaha” Woohyun menatap sahabatnya itu sambil bertanya-tanya.
Woohyun yang duduk di kursi penumpang sedari tadi tidak berhenti berpikir akan perkataan sunggyu “gyuu~” “hmm?”
“kau bertemu dengan ibumu kemarin?”
“yaa… bukankah ini sebuah keajaiban? Setelah 20 tahun akhirnya aku bertemu dengan ibuku lagi di pesta ulang tahun ‘saudaraku’”
“saudaramu?” Tanya Woohyun heran.
“yaa… saudaraku, Lee Howon. Kita satu ibu tetapi lain ayah, aku juga baru tahu kemarin kok” Woohyun kaget mendengarnya.
“kau senang bertemu ibumu?” tanyanya lagi.
“tentu saja! Memangnya kau tidak pernah merindukan ibumu?”
“tentu saja sering! Tapi terkadang aku juga kesal dengannya karena meninggalkanku sendirian.. kau tidak ada perasaan kesal atau benci atau apapun itu?”
“tentu saja aku merasakan hal-hal itu, perasaan kesal dan kecewa pada ibuku tapi perasaan senang dalam diriku menutupi perasaan kesal itu, aku benar-benar merindukannya, walaupun ia meninggalkanku sendirian di panti asuhan tapi aku juga ingat beberapa kenangan manisku dengan omma”
“aku salut denganmu. Kau bisa tumbuh menjadi pribadi yang dewasa, bijaksana, dan ramah tanpa bimbingan orangtuamu, aku bangga menjadi temanmu” Woohyun menatap Sungkyu bangga.
“ini semua karena ahjussi.. aku belajar banyak darinya, ia orang yang baik”
“hei.. omong-omong soal ahjussi, kau belum pernah menceritakan dengan detail bagaimana kau bisa mewariskan toko rotinya! Kau harus menceritakannya padaku! Aku memiliki saham 30%!”
“emm soal itu……..” Sungkyu menatap Woohyun sambil nyengir kuda.



To Be Continued...

No comments:

Post a Comment