kritik dan saran nya juga diterima! LOL
Main Cast:
-Kim Sunggyu as Kim Sungkyu
-Lee Howon/Hoya as Lee Howon
-You(?) as Heo Jae In :D
Other Cast:
-Kim Myungsoo/L as Kim Myungsoo
-Marcella (temenku :D) as Han Seul
-Nam Woohyun as Nam Woohyun
-Nam Minkyung (bukan siapa-siapa :P) as Nam Minkyung
Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.
Happy reading~ ^.^
"oya~ aku ada satu
permintaan” ucap Sungkyu. “apa itu?” Tanya ahjussi padanya.
“bolehkah aku tinggal disini,
ahjussi?”
“tinggal?!” ulang sang ahjussi.
“ya~ bisakah aku tinggal disini?”
Tanya Sungkyu sekali lagi. Ahjussi terlihat ragu.
“hmm… sebenarnya kami ada gudang
kosong” mata Sungkyu langsung berbinar-binar. “benarkah?” tanyanya riang. “tapi
gudang itu sangat kotor” balas ahjussi. Ahjussi piker ekspresi Sungkyu akan
down tapi ternyata masih senang. “tidak masalah kok!! Nanti kubereskan” jawab
Sungkyu gembira. Ahjussi itu tersenyum “baiklah~ kau bisa memakainya” lalu
ahjussi menuntun Sungkyu ke gudang yang dibahas-bahas itu. Sungkyu mengangguk
lalu membuka pintunya perlahan. Ia terlihat terkejut untuk sementara tapi raut
wajahnya langsung berubah tersenyum. “ahjussi~ bolehkah aku pinjam sapu dan
pel?” Sungkyu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, peace. “tentu saja
boleh.. ambil saja disana” ahjussi menunjuk benda yang dimaksud. “ahh~ neomu
gamsahamnida, ahjussi12” Sungkyu membungkuk pada ahjussi, ahjussi
hanya mengangguk, menepuk bahunya lalu pergi. Sungkyu akhirnya membersihkan
gudang kosong itu dan setelah selesai, ia keluar untuk menjalankan trainingnya.
Ia melakukan semuanya dengan sangat baik, ahjussi sangat senang padanya, bahkan
ahjumma sudah menerimanya.
‘hari ini cerah sekali’ pikir
Sungkyu, ia tengah berdiri di sebelah pintu masuk, siap menyambut setiap
pembeli yang datang.
Sungkyu terkejut dan juga senang
saat melihat anak remaja yang waktu itu datang lagi ke toko roti itu. Ia
membukakan pintu untuknya dan adiknya, woohyun.
“ohh~ kau anak yang waktu itu”
remaja itu masih ingat dengan Sungkyu, Sungkyu sangat senang. “nee~” balas
Sungkyu sambil tersenyum. “kau bekerja disini?” Tanya remaja itu pada Sungkyu,
Sungkyu mengantarkannya pada salah satu tempat duduk yang masih kosong. “nee~
untuk mencari penghasilan” Sungkyu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
itu. “ahh~ mau duduk bersama kami?” Tanya remaja itu ramah. Sungkyu
celingak-celinguk untuk melihat apakah toko sedang sepi ataukah ramai lalu ia
memutuskan “boleh.. tapi tidak bisa lama-lama” balas Sungkyu lalu duduk di
hadapan remaja itu dan Woohyun. “kau tidak sekolah?” remaja itu berbicara
sambil melihat buku menu. “tidak.. dulu aku mendapatkan pelajaran dari pantu
asuhan yang kutempati, tapi aku lari darisana” Sungkyu menundukkan wajahnya,
malu. “emm.. kita belum berkenalan yah” remaja itu berusaha untuk mengalihkan
pembicaraan. “namaku Nam Min Kyung dan ini adikku Nam Woo Hyun” “ahh~ aku Kim
Sungkyu” “oia~ berapa umurmu? Kau kelihatannya seumur dengan adikku” sahut
Minkyung sambil melirik adiknya. “aku 14 tahun” “ohh!! Benar kan!! Sama~”
Sungkyu tersenyum pada Woohyun yang juga balas tersenyum.
Matahari pagi menerobos masuk
melalui celah-celah korden kamar Sungkyu. Ia membuka mata sipitnya perlahan, ia
melihat jam. Lalu berdiri lunglai, berjalan ke meja makannya dan duduk disana. “hey~
sudah bangun? Pagi ini kita harus survei ke bakery” Woohyun datang sambil
meneguk segelas susu dan menepuk pundak Sungkyu, Sungkyu mengucek matanya
pelan. “ahh~ kau saja yah” Sungkyu akhirnya berdiri dan berjalan ke kamarnya,
mencoba untuk tidur lagi tapi Woohyun menarik bajunya “eitts~ tidak ada! Kau
harus ikut.. gimana sih? Yang punya toko itu kan kamu” Woohyun mendorong
Sungkyu masuk ke kamar mandi. “sana~ cepat mandi” dengan setengah sadar, ia
menyalakan shower “aaa~ dingin” teriak Sungkyu saat terkena air. Woohyun
tersenyum melihat tingkah temannya yang seenaknya itu, dia sudah terbiasa dengan
itu. Bagaimana tidak? Sudah 6 tahun mereka tinggal bersama.
õõõõ
Jae In berjalan
menyusuri jalanan kota Seoul, bunga-bunga berjatuhan, musim semi telah datang.
Jae In membuka tangannya, bunga-bunga berjatuhan di tangannya, ia tersenyum
tipis.
Dari kejauhan sudah terlihat halte
bus yang mulai dipenuhi oleh orang-orang itu, Jae In menghampirinya dan berdiri
diantara kerumunan orang-orang itu. Tetapi tiba-tiba saja perutnya berbunyi
‘ehh~ ada apa ini?” Jae In melirik jam tangannya “ahh~ sudah jam 1 siang”
gumamnya. Ia melirik sekitar untuk melihat adakah toko yang menjual makanan dan
matanya tertuju pada toko roti yang terletak tidak jauh di seberang halte, ia
tersenyum tipis lalu menunggu lampu penyeberangan berubah hijau, ia menyeberang
jalan dan sampai pada toko roti itu, dari kejauhan sudah tercium wangi roti
yang khas membuat perutnya semakin lapar, Jae In segera mendorong pintu kacanya
dan seorang pegawai menyambutnya dan megantarnya ke tempat duduknya. Jae In
melihat buku menu dengan seksama. Ini benar-benar toko khusus roti dan kue
bahkan buku menunya dipenuhi berbagai macam jenis roti mulai dari roti isi
biasa sampai roti prata dari India. Setelah memutuskan pesanannya, Jae In
memanggil pelayan tetapi suasana bakery sedang sangat ramai jadi hampir tidak
ada yang melihat Jae In.
Sunggyu keluar dari dapur dan
melihat ada seorang pelanggan yang daritadi mengangkat tangannya tapi tidak ada
yang menghiraukan “hei~ woohyun.. kau lanjutkan dulu, aku akan melayani
pelanggan” pesan Sungkyu sambil menepuk pundak Woohyun dan meninggalkannya.
Sungkyu berjalan mendekatinya dan ia baru sadar kalau pelanggan itu adalah Jae
In, langkah kakinya sempat terhenti tapi dengan senang Sungkyu menghampirinya.
“mau pesan apa nona Heo?” Tanya Sungkyu ketika ia sampai di tempat duduk Jae
In. Jae In kelihatan kaget “ahh~ Sungkyu sshi13” Sungkyu tersenyum
dan duduk di depannya. “kebetulan sekali bisa bertemu lagi disini” Jae In
mendengus mendengar perkataan Sungkyu. “jangan begitu, kau sangat beruntung
bertemu denganku disini tau.. kau mau pesan apa?” Tanya Sungkyu. “ada apa? Kau
mau mentraktirku lagi? Kali ini aku saja yang mentraktirmu.. aku sudah cukup
berhutang budi padamu” “ahh? Kau yakin? Roti disini lumayan mahal-mahal lohh”
Sungkyu langsung merebut buku menu dan memilih satu. Sungkyu mengangkat
tangannya dan semua pegawai langsung mengalihkan pandangan ke Sungkyu “ada apa
boss?” sahut seorang pegawai pria yang segera menghampirinya. Sungkyu menepuk
pelan kaki pelayan itu “ahh~ boss apanya? Ahahaa” tawa Sungkyu garing, Jae In
mencium sesuatu yang mencurigakan. “kami mau pesan ini dan ini” ‘sial! Dia
pesan yang paling mahal’ batin Jae In. ‘kenapa pesanan kami datang paling
cepat?’ pikir Jae In kebingungan, semuanya terasa aneh tapi ia sangat menikmati
roti croissant coklat dan segelas teh hangat miliknya. “heii boss!! Tadi
bilangnya ingin melayani pelanggan tapi sekarang malah menikmati makanan bakery
sendiri” Woohyun tiba-tiba saja datang dan membuat Sungkyu kaget. Sungkyu sudah
hampir meledak karena Woohyun membuka semua rahasianya. “YAA14!!”
Sungkyu memukul pinggang Woohyun dan sukses membuatnya kebingungan, Sungkyu
langsung beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Jae In yang sekarang sudah
menemukan titik terangnya. ‘ahh~ benar kan! Memang ada yang aneh, ternyata dia
pemilik tempat ini’ angguk Jae In mengerti. ‘ehh~ berarti dia punya dua
pekerjaan dong?’ pikir Jae In dalam hati. Ia melanjutkan makannya tanpa beban
dan beberapa kali tersenyum, ‘rotinya sangat enak’ gumamnya. Sungkyu yang
melihat dari kejauhan tersenyum dan melanjutkan tugasnya.
Jae In kembali mengangkat
tangannya, kali ini ada yang meladeninya karena bakery sudah mulai menyepi.
“ada yang bisa kami bantu?” “tolong bill-nya” Jae In tersenyum pada pelayan
perempuan itu. Pelayan itupun pergi ke meja kasir, berbincang kecil lalu
kembali ke meja Jae In. “Nona, bill-nya sudah dibayarkan oleh boss kami” Jae In
yang sedang minum hampir tersedak mendengarnya. “lagi?” pikir Jae In yang
ternyata pikirannya terucap. “bolehkah aku bertemu dengan boss kalian?” “tunggu
sebentar, biar kami tanyakan dulu”
“biar kami antar” jawab pelayan itu
ketika kembali lalu mengantarkan Jae In ke kantornya.
“Woohyun~ bisakah kau
keluar sebentar” cengir Sungkyu ke teman baiknya itu, Woohyun mencibir lalu
keluar dari kantornya, ia bertemu muka dengan Jae In lalu tersenyum padanya.
Jae In bingung apakah harus dibalas
tapi akhirnya ia tersenyum juga.
“ada apa mencariku?” Sungkyu
berlagak serius padahal ia sedang menahan tawanya.
“kau ternyata pemilik tempat ini yah” Jae In
memicingkan matanya pada Sungkyu.
“hmm… aku kan perlu biaya untuk
penghidupan, kalau aku Cuma berpegang pada jasa kencan sehari, makan apa aku?”
Sungkyu tertawa. “tapi kau tidak perlu membayarkan ini juga untukku” Jae In
menatap Sungkyu, membuat hati Sungkyu bergetar, ia memalingkan wajahnya. “tidak
masalah.. aku tulus kok membayarkannya” “akhirnya aku mengerti kenapa tadi kau
bilang aku beruntung bertemu denganmu disini” Jae In tertawa membuat Sungkyu
kembali memalingkan wajahnya ke Jae In dan tersenyum. Jam dinding dibelakang
meja Sungkyu berbunyi membuat Jae In mencar-cari sumber suara tersebut dan
menemukan jam sudah menunjukkan angka 2. “ahh~ sudah jam 2?! Aku harus
berangkat” Jae In segera beranjak dari tempat duduknya dan baru akan berjalan
saat Sungkyu menahan tangannya. “mau kemana?” Tanya Sungkyu. “kuliah” jawab Jae
In. “kuantar” Sungkyu menarik tangan Jae In dan membawanya ke mobil.
“terima kasih, sudah sangat baik
padaku hari ini” ucap Jae In saat hendak turun dari mobil Sungkyu.
“kita akan bertemu lagi kan?”
kata-kata itu meluncur dengan sendirinya dari bibir Sungkyu. Jae In kaget
mendengarnya. “ahh? Mungkin” Jae In menutup pintu mobil, Sungkyu menurunkan
jendela mobilnya. “kalau kau butuh aku, telpon aku” “nee~ ayo cepat pergi” Jae
In melambaikan tangannya, Sungkyu mengangkat tangannya lalu menjalankan
mobilnya meninggalkan Jae In.
“oppa~” Ho Min menyambar tangan
Howon. Howon kaget melihat Homin “kenapa kau ada disini?” Tanya Howon sambil
menatap Homin heran. “aku hari ini libur oppa~ jadi aku datang kesini untuk
mengantarkan ini” Homin mengangkat kotak makan yang telah dibuatnya pada Howon.
“wahh~ terima kasih Homin-ahh” Howon mencubit pipi Homin gemas dan langsung
mengambil kotak makan itu. Homin tau, Howon sangat suka dengan kotak bekal.
Howon berjalan bergandengan dengan Homin saat ia melihat Jae In yang sedang
berbicara dengan Sungkyu. Ia berhenti berjalan ‘HA! Pria kencan sehari itu!!
Mau apa lagi dia pada Jae In?!’ gumam Howon. “ada apa oppa?” Tanya Homin heran
sambil mengikuti arah pandang Howon. ‘ahh ada apa denganku?! ohh tidak-tidak..
aku tidak mungkin menyukainya’ batin Howon sambil memalingkan wajahnya ke
Homin, ‘ya.. aku hanya suka Homin seorang’ batin Howon lagi sambil tersenyum
pada Homin dan berjalan lagi.
“Heo Jae In~” teriak Seul sambil
berlari mendekati Jae In yang baru saja sampai di lorong. “ada apa, Seul?”
Tanya Jae In bingung. “kau tahu? Myungsoo jadi model majalah kampus kita” sahut
Seul antusias sambil menunjukkan majalah kampus. “oya? Selamat yah” Jae In
melihat majalah itu dan melihat Myungsoo yang sudah berlari dari jauh jadi ia
menyingkir sebelum tertubruk lagi. “Seul~ bagaimana? Kau sudah liat?” gandeng
Myungsoo pada Seul sambil nyengir senang. “sudah~ kamu ganteng banget,
Myung-ahh” “tentu saja~” ‘huuh.. selalu saja berakhir seperti ini’ gumam Jae In
lalu berjalan lunglai ke perpustakaan.
Howon melihat Jae In memasuki perpustakaan,
matanya tak beranjak dari Jae In dan Jae In tersadar kalau disana ada sunbaenya
dan dirinya dipandangi. “annyeong15 sunbae~” sapa Jae In karena
sadar dirinya dipandangi, membuyarkan lamunan Howon. “eo~ annyeong” sapa Howon
balik. “tadi kau bertemu cowok kencan sehari itu?” Tanya Howon hati-hati.
“eumm.. lebih tepatnya sih diantarkan” ucap Jae In santai, tapi itu membuat
Howon kaget. “apa? Kok bisa?” “tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya” Jae In
memilih untuk duduk disebelah sunbae-nya. “tidak sengaja? Lalu kau mau diantar
olehnya?” “eoo~” jawab Jae In santai lagi. “kau mau diantar olehnya tapi tidak
mau diantar olehku kemarinnya?” Tanya Howon heran. “sunbae~ kenapa kau jadi
seperti ini?” Jae In bingung melihat tingkah aneh sunbaenya. “aku hanya heran
saja kenapa kau lebih memilihnya daripada aku, sunbaemu” “apa maksudmu? ini
tidak ada hubungannya dengan pilih memilih, sunbae, kau aneh hari ini”
“bukan aku yang aneh
tapi kau..” Howon meninggalkan Jae In. “hei~ apakah kau baru saja menolak
sunbae?” seorang gadis
tak dikenal mendekati Jae In. “aku tidak menolaknya~ kami hanya membicarakan
sesuatu” jelas Jae In. “kalau kau berani menolaknya atau menyakitinya, fansclub
sunbae akan beraksi” ancam gadis tak dikenal itu lalu meninggalkan Jae In yang
sedang kebingungan. Sunbaenya itu memang sangat populer di kampusnya, tapi Jae
In tidak tahu kalau sunbaenya itu bahkan punya fansclub. ‘bagaimana yah kalau
mereka tahu kalau dia sudah punya pacar?’ gumam Jae In sambil tertawa dalam
hati.
õõõõ
Sudah
4 tahun berlalu dan sejak hari itu, hari dimana Minkyung menemukan Sungkyu
bekerja disana, Minkyung sering sekali pergi ke bakery tempat Sungkyu bekerja.
“Sungkyu~ aku tahun ini akan lulus kuliah.. kau akan datang untuk menyelamatiku
kan?” Sungkyu yang sedang menerima pesanan dari pelanggan itupun hanya
menggeleng sambil tersenyum iseng dan terus mencatat pesanan. “ahh~ kau datang
kan? Datang kan?” mohon Minkyung yang mengikuti kemana Sungkyu pergi “iyaa~ aku
datang.. memangnya kapan upacara kelulusannya?” Sungkyu menatap Minkyung
lembut. “minggu depan~ kau datang yah” “apakah Woohyun datang? Bagaimana dengan
orangtuamu, noona?” “kau kan tahu orangtuaku sibuk~ Woohyun malah pergi dengan
pacarnya terus.. jadi kau datang yah~” “baiklah baiklah.. sekarang noona pulang
dulu~ sudah malam dan aku harus bekerja” tawa Sungkyu lalu mendorong noona-nya
itu. “baiklah baiklah aku pulang~ tapi kau janji yah untuk datang”
“Sungkyu~
tolong antarkan ini dulu kesini” perintah ahjussi pada Sungkyu. “nee~” Sungkyu
dengan tergesa-gesa menggoes sepedanya dan sesekali melirik jam tangannya.
‘gawat~ aku sudah terlalu terlambat’ gumam Sungkyu lalu mempercepat goesannya.
Langit perlahan berubah menjadi gelap, Sungkyu dengan tergesa-gesa menggoes
sepedanya dan akhirnya sampai pada sekolah yang ditujunya, ia berlari masuk ke
dalam gedung dan mencari letak ruang aula tapi apa boleh buat acaranya sudah
selesai, ia berjalan masuk ke dalam dengan lunglai dan nafas yang tidak
karu-karuan. Ruangan sunyi senyap, lampu yang menyala hanya tinggal lampu
panggung berwarna oranye yang menyala redup. Sungkyu melangkah mendekati
panggung yang sudah kosong, samar-samar terdengar suara isak tangis seseorang,
Sungkyu memutar wajahnya, mencari asal dari suara itu dan ia menemukannya!
Minkyung sedang menangis terisak di kursi penonton. Sungkyu mendekatinya.
“maaf aku sangat terlambat” ucap
Sungkyu tanpa memandangnya dan duduk di sebelahnya. Tidak ada jawaban dari
Minkyung, ia hanya terus menangis. Sungkyu menoleh kearahnya. “ahh!” Sungkyu
mengeluarkan setangkai bunga dari dalam jaket yang dikenakannya.
“maaf juga karena aku hanya bisa
membelikanmu setangkai bunga tulip merah muda ini” ia menyodorkannya ke depan
mata Minkyung. Minkyung segera menghapus air matanya, “bunga tulip merah muda”
ucapnya. “kau suka kan?” Tanya Sungkyu sambil memandangnya. “suka sekali.. aku
sangat suka bunga tulip” ucap Minkyung, tapi air matanya malah menetes semakin
deras, “tapi darimana kau tahu aku suka bunga tulip?” Tanya Minkyung, ia
berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak karuan. “dari Woohyun.. noona~
jangan menangis lagi..”. Mereka berdua menatap lurus ke panggung. “Tadi aku
berdiri disana dengan teman-temanku.. Merasa senang dan bangga karena kami
telah lulus kuliah sekarang” Minkyung menunjuk panggung dengan jari telunjuknya,
Sungkyu hanya diam menatap panggung. “ketika kami telah dinyatakan lulus,
berpuluh-puluh orangtua menaiki panggung dengan bangganya dan memberikan
anak-anaknya seikat bunga.. Tapi aku selalu tersingkir ke samping karena
orangtuaku tidak pernah datang” Minkyung menangis lagi. “kau tahu apa alasannya
aku suka bunga tulip ini?” Tanya Minkyung dengan suaranya yang mulai mengecil
karena ia tidak bisa mengatur nafasnya. “tidak..” balas Sungkyu singkat, ia
telah menahan air matanya yang sudah mengumpul di pelupuk matanya, teringat
akan ibunya yang meninggalkannya, 7 tahun yang lalu. “dulu, waktu aku masih SD,
aku ingat sekali, papa mama bersedia datang ke acara kelulusanku.. Aku sangat
senang, Karena mungkin itu adalah kali pertama kami bisa begitu dekat dalam
setahun itu namun apa yang terjadi.. mereka bahkan tidak mengucapkan selamat
atau apapun dan hanya menitipkan seikat bunga pada guruku. Dan bunga itu adalah
bunga tulip merah muda ini.. mereka bahkan tidak tahu kalau anaknya alergi
bunga” Minkyung menangis semakin deras, nafasnya semakin susah diatur. “kau
alergi bunga?” Tanya Sungkyu khawatir. Kepala Minkyung terjatuh di bahu
Sungkyu, ia pingsan. “nuna~ nuna.. kau baik-baik saja kan? Bertahanlah” Sungkyu
segera merogoh kantongnya untuk mencari ponselnya, ia menekan tombol-tombol di
ponselnya secepat kilat. “ha.. halo.. tolong.. ada yang pingsan.. tolong segera
datang” Sungkyu segera menutup ponselnya dan menepuk-nepuk Minkyung. “nuna..
kau akan baik-baik saja kan? Kenapa kau tidak bilang daritadi kalau kau alergi
bunga?!!” Sungkyu menggendong Minkyung keluar dari gedung sekolah.
To Be Continued…
12 ahh~ terima kasih banyak, paman
12 ahh~ terima kasih banyak, paman
13 panggilan sopan
14 semacam hei
15 Hallo-Informal